Sebelumnya saya ada memposting narasi tentang buruknya sifat penjilat. Maka kali ini saya ingin mengajak sahabat dan kerabat untuk teliti dan hati-hati agar tak sembarang menilai apalagi menuduh seseorang itu penjilat.
Ya, menuduh dan menvonis tidaklah urgen, karena yang lebih penting adalah melakukan introspeksi dan merenung termasuk yang manakah diri kita sendiri?
Bila tidak teliti dan kurang jeli, memang kita susah membedakan antara orang yang menjilat dengan orang yang taat. Karena keduanya menunjukan aksi yang hampir sama. Sama-sama menuruti, melayani, dan membela pimpinan atau tuannya dengan antusias. Yang membedakan mereka adalah niat yang tersembunyi di dalam hati.
Seorang penjilat akan membenarkan apapun yang dilakukan tuannya meski yang dilakukan salah. Mungkin ia tahu bahwa tuan/atasan nya sedang melakukan hal yang tidak tepat bahkan membahayakan, namun ia tak perduli itu. Yang ia pikirkan hanya bagaimana supaya sang atasan senang lalu memberikan hal-hal yang diinginkan oleh si penjilat.
Mungkin si penjilat ingin jabatan, harta, fasilitas, ataupun sekedar ‘jalan’ untuk ia menuju pada suatu pencapaian. Ia terlihat seolah taat padahal tidak punya kesetiaan. Kesetiaannya hanya pada tujuan apribadinya sendiri.
Adapun orang yang loyal dan taat hampir sama. Dia tak akan membantah apapun perintah pimpinan atau tuannya selama itu benar. Namun di lain sisi ia kritis untuk menyelamatkan sang tuan dari kesalahan. Dengan santun dan sopan ia akan memberikan masukan. Dengan kasih sayang dan kesetiaan ia mengingatkan. Dengan tetap hormat dan tanpa merendahkan ia tetap memberikan koreksi. Karena ia setia dan cinta, tak ingin tuan atau atasannya terjatuh dalam sesuatu yang membahayakan.
Kalau dari kesetiaannya ini lalu mendapat imbalan, itu namanya rejeki yang patut disyukuri. Wallahu a’lam